Read More......
Jumat, 19 Februari 2010 Posted in | | 0 Comments »

Cara pemberian obat yang berbeda-beda melibatkan proses absorbsi obat yang berbeda-beda pula. Proses absorbsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.

Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena mudah, aman, dan murah [1]. Pada pemberian secara oral, sebelum oba masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorbsi obat pada saluran cerna antara lain:
a. Bentuk Sediaan
Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan jumlah ketersediaan hayati kemungkinan juga berlainan.
b. Sifat Kimia dan Fisika Obat
Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorpsi [2]. Absorpsi lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak.
c. Faktor Biologis
Antara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna, waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi.
d. Faktor Lain-lain
Antara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan adanya penyakit tertentu.

Pemberian sediaan obat dapat dilakun melaului dua rute utama yaitu:
Parenteral : intravena, intraarteri, intramuscular, intraperitonial
Nonparenteral : peroral

Pemberian secara peroral
Oral Gavage. Gavaging digunakan untuk dosis seekor binatang dengan volume tertentu materi langsung ke dalam perut. Hanya khusus, tersedia secara komersial jarum gavage harus digunakan untuk mencoba prosedur ini. Jarum untuk injeksi secara peroral (Oral Gavage) memiliki karakter ujung tumpul (bulat). Hal ini untuk meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedian uji. Proses pemberian dilakukan dengan teknik seperti Tempatkan ujung atau bola dari jarum ke mulut binatang. Secara perlahan geser melewati ujung belakang lidah. Pastikan bahwa oral gavage tidak masuk ke dalam tenggorokan karena akan berdampak buruk. Hal ini dapat diketahui bila dari hidung hewan uji keluar cairan seperti yang kita berikan menunjukkan adanya kesalahan dalam proses pemberian.

Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme atau eliminasi lintas pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya bersama makanan. Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada obat yang dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasien koma.

Pemberian obat secara parenteral memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral; (2) dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah; dan (3) sangat berguna dalam keadaan darurat. Kerugiannya antara lain dibutuhkan cara asepsis, menyebabkan rasa nyeri, sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang ekonomis.


Pemberian intravena (IV) tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah dan jaringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali.
Hangatkan hewan uji di bawah lampu panas atau alat pemanas lainnya, pastikan untuk tidak terlalu panas pada binatang. Suhu tidak boleh melebihi 85-90 ° Fahrenheit pada tingkat binatang. Lepaskan hewan uji dari sumber panas harus segera setiap perubahan dalam tingkat respirasi atau air liur berlebihan dapat diamati. Alat pemanas lainnya, seperti handwarmers sekali pakai, dapat digunakan sebagai pengganti lampu yang panas.

Prep ekor dengan 70% etanol. Memulai usaha suntikan di tengah atau sedikit bagian distal ekor. Dengan ekor ketegangan di bawah, masukkan jarum, bevel up, kira-kira sejajar dengan vena dan masukkan jarum minimal 3 mm ke dalam pembuluh darah. Dalam proses penyuntikan jangan sekali-kali memasukkan udara karean akan menyebabakan vena rusak atau tidak stabil. Menyuntikkan materi yang lambat, gerakan fluida. Anda harus dapat melihat vena jarum pucat jika diposisikan dengan benar.
Jika ada pembengkakan di tempat suntikan atau injeksi terjadi perlawanan, keluarkan jarum dan Masukkan kembali itu sedikit di atas awal injeksi.
Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat, karena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan injeksi intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan injeksi subkutan karena obat harus melintasi banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah.





Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Metode injeksi menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk memegang tengkuk (kulit). Bersihkan area kulit yang mau disuntik dengan alkohol 70 %. Masukkan jarum suntik secara paralel dari arah depan menembus kulit.


Injeksi intramuskular (IM) atau suntikkan melalui otot, kecepatan dan kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air. Absorpsi lebih cepat terjadi di deltoid atau vastus lateralis daripada di gluteus maksimus. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat.


Injeksi intraperitoneal atau injeksi pada rongga perut tidak dilakukan untuk manusia karena ada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu besar. Proses injeksi dilakukan dengan teknik menahan tikus pada tengkuk. Mengekspos sisi ventral hewan, memiringkan kepala ke bawah pada sudut kecil. Preparasi situs dengan 70% etanol. Jarum yang steril harus ditempatkan, bevel atas, di bawah kuadran kanan atau kiri dari perut binatang. Masukkan jarum pada 30 ° sudut.





Perbaandingan rute pemberian terhadap profil farmakokinetik (absorbsi) dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
















Staphylococcus aureus induces fever in rabbits following I.V. injection but not after I.M., S.C. or I.P. injection at the same doses. Changes in rectal temperatures (means and S.E.M.), from temperature at time of injection (time zero), in the same group of rabbits (n = 8) given intravenous (I.V.), intramuscular (I.M.), subcutaneous (S.C.) and intraperitoneal (I.P.) injections of saline (circle), and 1.5 times 107 (filled square), 1.5 times 108 (filled up triangle), and 1.5 times9 cell walls kg-1 S. aureus (filled circle). 10


Refference
Anonim, 2008, Injection, http://www.theodra.com/rodent_laboratory/injections.htm, akses Desember 2009.

Chester, 1998, Injection, http://www.answers.com/topic/injection, akses Desember 2009

Shika, L, 2009, Pengaruh cara pemberian,http://liew267.wordpress.com, akses tgl Desember 2009.





Read More......
Rabu, 17 Februari 2010 Posted in | | 2 Comments »


PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrizha Roxb) RENDAH MINYAK ATSIRI DAN EKSTRAK ETANOLIK SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH JANTANGALUR WISTAR SERTA GAMBARAN HISTOPATOLOGINYA

Jantung koroner adalah penyakit jantung akibat perubahan obstruktif pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. Salah satu faktor pemicu terjadinya jantung koroner adalah hiperlipidemi yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) atau trigliserida (hipertrigliserida) maupun kombinasi keduanya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak etanolik temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) rendah minyak atsiri dan ekstrak etanolik sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) terhadap kadar trigliserida serta manifestasi hiperlipidemi berupa degenerasi melemak dan aterosklerosis.

Penelitian diawali dengan peningkatan kadar trigliserida dengan pemberian diet lemak dan kuning telur selama 30 hari pada kelompok perlakukan, sedangkan pada kelompok normal mendapatkan pakan tanpa diet lemak. Selanjutnya kelompok perlakuan mendapatkan asupan gemfibrozil (positif), CMC-Na 0,5 % (negatif), dan kombinasi temulawak sambung nyawa dengan perbandingan 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, 0:100. Dosis ekstrak temulawak adalah 225 mg/kg BB tikus, sedangkan dosis ekstrak sambung nyawa 150 mg/kg BB tikus. Kadar trigliserida diukur pada hari ke-0 (baseline), ke-30, dan ke-60 dengan pereaksi Trigliserida FS Diasys®. Aktivitas hipotrigliserida berupa persen perubahan kadar trigliserida dianalisis secara statistik dengan Mann-Whitney taraf kepercayaan 95 %. Analisis histopatologi menggunakan sampel aorta jantung dan hati.

Hasil analisis statistik menunjukkan aktivitas hipotrigliserida kombinasi ekstrak temulawak rendah minyak atsiri dan ekstrak etanolik sambung nyawa tidak berbeda signifikan antara kelompok kombinasi. Kombinasi temulawak:sambung nyawa (75:25) memberikan aktivitas hipotrigliserida tertinggi dengan penurunan kadar trigliserida sebesar 56,77 %. Kombinasi ekstrak temulawak rendah minyak atsiri dan ekstrak sambung nyawa mampu menghambat terjadinya degenerasi melemak dan aterosklerosis.




Read More......
Selasa, 16 Februari 2010 Posted in | | 1 Comments »

CAFFEINE
What is caffeine?

Caffeine is a stimulant found in coffee, tea, chocolate, and cola and energy drinks – making it oneof the most widely used drugs in the world.Caffeine concentration varies according to the plant variety, the growing conditions and the strength of the given brew.Coffee beans of the arabica strain, grown primarily in Central and South America contain approximately 1% caffeine. Robusta coffee beans, grown in Africa and Indonesia, contain about 2%. The caffeine content of tea leaves can be as high as 5%. Although tea leaves generally contain more caffeine by weight than coffee beans, there is usually more caffeine in a cup of coffee than in a cup of tea because more coffee beans than tea leaves are used to make each regular cup. Also tea is infused, not boiled.

Most researchers now agree that there is little risk of harm when a person consumes less than 600 mg of caffeine a day. At times of anxiety or stress, or during pregnancy, many doctors now recommend consumption of less than 200 mg a day. Now lets see caffeine on food and drink



How many people use caffeine?
Worldwide per capita caffeine consumption (including that of children) is estimated to be 70 mg perday, or approximately equivalent to one cup of coffee. Average intake for Americans is believed to be about 200 mg per day. Most Australians consume caffeine in one way or another. A survey conducted in Sydney in the mid 1980s found that the average daily intake of caffeine was about 240 mg – the equivalent of about four cups of instant coffee.

What are the long-term effects of caffeine?
Daily use of caffeine in low to moderate doses in most healthy adults does not appear to produce
any harmful effects. Substantial daily doses – and in some people even as little as 250 mg per day – can lead to unpleasant effects such as:
• restlessness
• nervousness
• insomnia
• flushed face
• increased urination
• stomach upsets
• muscle twitching

(from NDRAC, Caffeine)














Read More......
Senin, 15 Februari 2010 Posted in | | 0 Comments »